Seorang Profesor Yahudi ternyata punya andil andil besar dalam kasus
pengejaran dan pembunuhan orang-orang Yahudi yang dilakukan Nazi-Jerman
dalam Perang Dunia II. Profesor Karl Haushofer namanya.
Karl Ernst Haushofer lahir di Munich, Bavaria (Jerman), pada 27
Agustus 1869. Dia terlahir dari keluarga Yahudi Jerman, dari pasangan
Max Haushofer, seorang ekonom, dan Frau Adele Haushofer. Lulus dari
sekolah atas, Karl muda mendaftar sebagai tentara Bavaria.
Karir di dinas ketentaraan, Karl menamatkan pendidikan di Lembaga
Pendidikan Ketentaraan Bavaria (Kriegschule), Akademi Artileri
(Artillerieschule), dan Bavarian War Academy (Kriegsakademie). Tahun
1896 Karl muda menikah dengan Martha Mayer Doss, juga seorang Yahudi.
Haushofer meneruskan pendidikannya hingga menjadi perwira tinggi dan
berdinas di Angkatan Perang Kerajaan Jerman dan karirnya melejit hingga
menduduki jabatan sebagai Staff Corp di tahun 1899. Bahkan pada tahun
1903, Karl Haushofer diangkat menjadi tenaga pengajar di Bavarian
Kriegsakademie.
Tahun 1908, Haushofer dikirim ke Jepang guna mempelajari sistem
ketentaraan di negeri Matahari Terbit itu. Di Jepang, Haushofer juga
didaulat menjadi instruktur resimen artileri tentara Nippon. Dari
Jepang, Haushofer yang menguasai banyak bahasa asing selain Jerman,
seperti Inggris, Perancis, dan Rusia, ditugaskan melawat ke beberapa
negara Timur Jauh seperti Korea, India, Tibet, Cina, dan lain-lain.
Selama bertugas di Timur Jauh inilah, Haushofer yang memang telah
lama tertarik dengan ajaran-ajaran mistis dari Timur melanjutkan
penelitiannya. Dia juga menerjemahkan beberapa literatur Budhisme dan
Hindu. Menurut sejumlah peneliti, ketertarikan Haushofer terhadap ajaran
mistis-esoteris bukan tanpa sebab. Latar belakang keluarganya dipercaya
memang telah bersentuhan dengan hal-hal seperti ini. Haushofer
merupakan salah satu tokoh dari sebuah persaudaraan mistis pemuja setan
(Kabbalah).
Dari perjalanannya keliling Timur Jauh inilah, Haushofer kemudian
memperkenalkan sebuah Teori Geo-Politik yang dinamakan “The Heartland
Theory” yang intinya berbunyi: “Siapa pun yang bisa menguasai Heartland
maka ia akan mampu menguasai World Island”.
Heartland (jantung bumi) merupakan sebutan bagi wilayah Asia Tengah,
dan World Island mengacu pada kawasan Timur Tengah. Kedua kawasan itu
merupakan kawasan kaya minyak bumi dan juga gas. Teori ini sesungguhnya
bukan otentik dari Haushofer, namun adaptasi dari Sir Alfrod McKinder
(1861-1947), seorang pakar geopolitik asal Inggris terkemuka abad ke-19.
Nicholas Spykman, seorang sarjana Amerika, menambahkan teori ini dengan
mengatakan, “Siapa pun yang bisa menguasai World Island, maka ia
menguasai dunia.” (Di Milenium ketiga, teori ini dianut oleh Gedung
Putih sehingga Bush berambisi menguasai Afghanistan, Irak, dan
negeri-negeri sekitarnya).
Haushofer dikenal dekat dengan perwira-perwira Jerman, bahkan
berkawan akrab dengan dua tokoh Nazi, Adolf Hitler dan Sekretarisnya,
Rudolf Hess. Kepada Hitler, Haushofer menyodorkan teori geopolitik dan
juga teori ras unggul bangsa Arya. Buku karangan Hitler yang diasisteni
Hess berjudul “Mein Kampf” (Perjuanganku, 1926)—buku ini menjadi buku
suci Partai Nazi—dilatarbelakangi teori yang dikemukakan Haushofer.
Menurut Haushofer, agar bangsa Jerman bisa menjadi bangsa terkuat di
dunia, maka ras Arya harus memurnikan dirinya dan menyingkirkan semua
orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini. Teori Charles Darwin—juga
Yahudi—pun dikemukakan oleh Haushofer sehingga Adolf Hitler menjadi
semakin jatuh dalam pengaruhnya.
Berkat pengaruh dari Haushofer inilah, ketika Nazi berkuasa, maka
dilakukan pemurnian ras Arya secara besar-besaran. Semua orang Jerman
yang bukan berasal dari ras ini dikejar-kejar dan dihancurkan, secara
khusus orang Yahudi yang memang banyak mendiami wilayah Jerman menjadi
target utama. Masa lalu Hitler yang memiliki hubungan yang buruk dengan
orang Yahudi menambah kebenciannya terhadap bangsa yang satu ini. Secara
diam-diam Haushofer memprovokasi Hitler agar terus mengejar dan
mengusir orang-orang Yahudi dari Jerman dan kawasan sekitarnya.
Mengapa seorang Haushofer yang juga Yahudi Jerman berbuat seperti
ini? Jawabannya bisa ditemukan dalam sebuah pertemuan rahasia 13
keluarga berpengaruh Yahudi di Judenstaat, Frankfurt, Bavaria, di
kediaman Sir Mayer Amschell Rothschild pada tahun 1773. Saat itu
Rotshchild melontarkan dua rencananya. Pertama, menyusun 25 program
penguasaan dunia yang kemudian kita kenal sekarang sebagai Protokolat
Zionis. Yang kedua, Rotshchild menyebut nama Adam Weishaupt—seorang
mantan Yesuit—untuk mendirikan dan memimpin organisasi konspiratif
modern bernama Illuminati. Pertemuan Frankfurt ini menyepakati, mereka
harus menemukan kembali harta karun King Solomon yang mereka yakini
terbenam dalam reruntuhan Haikal Sulaiman yang ada di bawah Masjidil
Aqsha di Yerusalem. Caranya adalah dengan merebut Yerusalem dari tangan
bangsa Palestina yang sudah ribuan tahun mendiaminya.
Seorang tokoh Yahudi bernama Theodore Hertzl ditugaskan menemui
Sultan Abdul Hamid II yang kala itu menjadi Khalifah Turki Utsmaniyah
agar mau menyerahkan Tanah Palestina bagi bangsa Yahudi. Sultan menolak
mentah-mentah permintaan ini walau kemudian Hertzl mengiming-imingi
Sultan dengan harta berlimpah. Sultan tidak bergeming sedikit pun.
“Selama jantungku masih berdetak dan darahku masih mengalir, aku
haramkan Tanah Palestina bagi kalian wahai Yahudi, ” demikian jawaban
dari Sultan. Akibatnya Hertzl dan petinggi Yahudi geram dan membuat satu
strategi untuk meruntuhkan khilafah dengan memunculkan seorang Turki
Muda bernama Mustafa Kemal Attaturk. Sultan Abdul Hamid II pun
tersingkir. Kekhalifahan Turki Utsmani dibubarkan, dan Mustafa Kemal
Attaturk menjadi pemimpin Turki dan mensekulerkan negeri itu. Satu
penghalang telah tumbang. Walau demikian Yerusalem belum bisa diduduki.
Theodore Hertzl kemudian menyelenggarakan
Kongres Internasional Zionisme (1897) yang diselenggarakan di Basel,
Swiss. Kongres ini menyepakati bahwa seluruh Yahudi-Diaspora, istilah
bagi orang-orang Yahudi yang masih terserak di seluruh dunia, agar
secepatnya melakukan imigrasi ke Promise Land atau yang menurut mereka
Kota Suci Yerusalem. Seruan Kongres Internasional Zionis ini tidak
ditanggapi dengan antusias. Banyak keluarga Yahudi yang sudah mapan di
Eropa dan Amerika enggan pindah ke Yerusalem. Meraka menolak seruan itu
walau para ketua Zionis memaksanya.
Akhirnya tidak ada jalan lain, imigrasi
Yahudi ke Palestina harus melalui jalan paksaan. Harus ada satu kondisi
yang memaksa orang-orang Yahudi-Diaspora agar mau pindah ke Palestina.
Akhirnya Haushofer berhasil dengan gemilang mendekati Hitler dan
kemudian—tanpa disadari—ulah Nazi mengejar-ngejar orang Yahudi
mengakibatkan banyak orang Yahudi yang kabur dari negerinya dan
berbondong-bondong ke Palestina.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Norman
Finkeltstein dalam “The Holocaust Industry” atau Frederich Toben,
peristiwa Holocaust sesungguhnya didalangi oleh kaum Zionis-Yahudi guna
memaksa orang-orang Yahudi lainnya agar mau pindah ke Palestina, lewat
tangan Hitler. Bahkan Norman Finkelstein yang juga berdarah Yahudi
menentang cara-cara kotor Zionis ini. Dalam bukunya, Finkelstein
membongkar mitos holocaust dan menyebutnya sebagai proyek pemerasan yang
dilakukan Zionis terhadap negara-negara Eropa dan juga dunia, dengan
mengorbankan kaum Yahudi Eropa yang sebenarnya enggan untuk ke
Palestina.
Di akhir Perang Dunia II, Haushofer
ditangkap oleh pasukan Sekutu. Pada tanggal 13 Maret 1946, Haushofer dan
isterinya melakukan bunuh diri di Pähl, Jerman Barat. Mengikut jejak
Adolf Hitler dan Eva Braun yang melakukan bunuh diri saat Berlin jatuh
ke tangan Sekutu setahun sebelumnya.
Sumber : eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar